Powered By Blogger

09 Juli 2009

MAMMON PENGGODA YANG SEKSI


Teman saya di Facebook pernah bilang, ".........Kita Cenderung Memberikan Cinta Sejati Justru Kepada Mammon dan Kepada Tuhan Sekadar Cinta monyet, Cinta Lokasi, Cinta Sesaat, dsbnya.. "

Setujukah Anda dengan dia? ..jangan dulu diperdebatkan! 

Krisis ekonomi AS yang sedang berlangsung adalah potret betapa hidup manusia sangat dikuasai dan dibuat tidak berdaya oleh Mammon. Manusia memang cenderung memilih Mammon dan tidak mampu memilih Tuhan. Pada saat kita tidak dengan tegas memilih Tuhan, berarti kita memilih Mammon dan relasi kita dengan Tuhan pun menjadi dingin. Mammon memang penggoda nomer wahid, Monster yang tampil sangat sexy ibarat Angelina Jolie yang tampil telanjang bulat dalam film Beowulf. Siapapun cenderung jatuh ke dalam perangkapnya. Pendeta yang hampir tiap minggu kotbah dan tidak jarang memimpin bible study pun tertangkap basah sedang bercumbu mesra penuh birahi dengan sang Mammon. 

Apa yang membuat Mammon begitu besar pengaruhnya terhadap manusia? 

Pertama, karena Mammon bersedia dikuasai dan diperalat. Tetapi pada saat dikuasai dan diperalatlah, Mammon mencengkeram manusia, membuat manusia tidak berdaya untuk dijadikan budaknya. Bahkan negara adidaya seperti AS dibuat kelimpungan oleh tipu daya Mammon seperti krisis keuangan yang sedang terjadi. Sebaliknya Tuhan, walaupun maha kasih dan maha baik, tidak akan pernah dapat dikuasai dan diperalat oleh manusia. Tuhan tetap selalu maha kudus, maha kuasa dan satu-satunya the Most High. Sikap manusia terhadap Tuhan hanya tunduk total, atau meninggalkan Tuhan. Perbedaan signifikan inilah yang membuat orang cenderung memilih memberikan cinta sejatinya kepada Mammon, dan kepada Tuhan hanya cinlok di gereja pada hari minggu.

Memang akhir akhir ini ada kecenderungan dari beberapa orang yang menyebut diri “pendeta”, berupaya menguasai dan memperalat Tuhan. Mereka membual sepertinya kesembuhan dan kemakmuran ada di tangan dan kehendaknya, yang dengan bebas kapan dan kepada siapa mereka mau berikan. Mereka mengatas-namakan Tuhan yang ditampilkan dengan senantiasa memegang Alkitab terbuka di tangannya, tetapi menipu “jemaat”nya dengan pola hidup “matrek” yang dikuasai Mammon. Sikap mereka sama dengan guru-guru palsu yang diungkapkan oleh rasul Petrus di gereja mula mula dalam 2 Petrus 2. 

Guru-guru palsu masa itu sepertinya tidak menentang doktrin gereja, tetapi mereka merusak jemaat melalui “gaya hidupnya” yang immoral (greedy, arrogant, lust, act by instinct like wild animals, insatiable, slaves of destructive habits) dan menjalin selingkuh dengan sang Mammon seperti Bileam anak Beor yang cinta uang. Mereka hanya mengutamakan bagaimana memuaskan hidup bukan memaknainya dalam Tuhan. Kalau cuma memuaskan hidup sebenarnya tidak perlu doktrin, karena doktrin dan kebenaran hanya dibutuhkan oleh seseorang yang memaknai hidupnya. Celakanya banyak orang tertarik dengan ajaran dan pola hidup matrek ini. Pada akhirnya rasul Petrus mengingatkan bahwa Tuhan sudah menyediakan tempat yang cocok bagi mereka, yaitu tempat yang gelap sehingga mereka bebas berbuat semaunya tanpa harus ada rasa was-was ketangkap basah lagi. 

Kedua, karena kita manusia sering tidak puas dengan kehidupan kita, yang berarti, kita sebenarnya tidak puas dengan Tuhan. Ketidak-puasan kita kepada Tuhan bukan karena kita kekurangan trust karena Tuhan tidak riil. Bukankah di atas uang dolar tertulis “in God we trust”? Krisis keuangan yang katanya sudah berubah menjadi krisis ekonomi di AS adalah bukti bahwa manusia kebablasan trust kepada perusahaan-perusahaan yang sebenarnya mereka tidak kenal. Mereka berani dan percaya meminjamkan uang tabungan hidupnya dalam bentuk saham, surat berharga kepada peminjam, perusahaan atau institusi yang sebenarnya tidak riil bagi mereka karena mereka belum pernah bertemu. Jadi bukan masalah tidak adanya trust, tetapi tidak adanya rasa puas dengan Tuhan. 

Rasa tidak puas dengan Tuhan ini juga yang dialami Hawa sehingga membimbingnya menghampiri dan akhirnya memakan buah dari pohon tentang baik & jahat. Rasa tidak puas bahwa Tuhan memberikan yang terbaik kepada setiap anakNya berarti berpersepsi negatif kepada Tuhan. Rasa tidak puas inilah yang persis diciptakan si ular pada Hawa, bukan? Oleh karena rasa tidak puas itu, banyak orang berusaha cari uang cara cepat dan membangun kehidupan melebihi kemampuannya dengan jalan KREDIT yang berlebihan, bukan sekedar untuk kebutuhan tetapi untuk keinginan, seperti perkataan : “We buy things that we don’t need, to attract people who don’t care, with money we don’t have.” 

Rasa tidak puas sulit membuat kita dapat bersyukur kepada Tuhan dan mengasihi sesama. Sebaliknya, rasa tidak puas akan membawa kita menjadi greedy, rakus karena takut. Sejak dulu, kira-kira tahun 1987, sudah ada film yang menggambarkan pola kehidupan ini, Wall Street yang dibintangi oleh Michael Douglas sebagai Gordan Gekko dengan statementnya yang terkenal “greed… is good & money never sleeps.” Di dalam kehidupan yang dikuasai Mammon hanya satu hukumnya, zero sum game bukan sharing prosperity. The profit is mine, the loss is yours. 

Selain greedy, Mammon membuat mangsanya alergi terhadap tanggung jawab. Padahal tanpa tanggung jawab tidak mungkin seseorang dapat menyangkal diri & memikul salib untuk selanjutnya mengikut Kristus. Sifat tidak mau bertanggung jawab akan membuat orang berupaya sebisa mungkin untuk melemparkan semua tanggung jawab ke pihak lain, yang dalam krisis ekonomi kali ini salah satu wujudnya dikenal dengan nama CDS (Credit Default Swap). Maka tidaklah mengherankan kalau dikatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat menghitung secara pasti berapa besar kerugian dalam krisis ekonomi AS kali ini, dikarenakan panjangnya mata rantai yang diciptakan orang untuk membuang tanggung jawab. Sifat tidak mau bertanggung jawab juga terlihat dari sikap gambling yang tinggi, tidak peduli terhadap resiko yang mungkin terjadi, seperti yang terjadi dalam krisis ekonomi saat ini. 

Memang sulit bagi orang yang sudah terbiasa berkubang dalam lumpur Mammon, walau sudah menjadi Kristen sekali pun, untuk dapat berubah dengan meninggalkan Mammon dan memilih Tuhan. Kalau tidak menyangkal diri dan memikul salib tiap hari, seseorang tidak akan dapat mengikut Yesus (Matius 16:24). Sulitnya bagi mereka yang cinta Mammon untuk mengikut Yesus oleh Tuhan Yesus sendiri diibaratkan seperti onta yang tinggi masuk lubang kecil di malam hari, karena pintu gerbang kota sudah tutup. Onta tersebut harus melipat kaki nya dan merangkak perlahan memasuki “lubang jarum” (Matius 19:24). Coba perhatikan cara para pengusaha (yang katanya Kristen sekali pun) dalam berbisnis. Kalau bisa semua pesaingnya dimatikan. Mereka seperti serigala yang haus memangsa serigala yang lain – “act by instinct like wild animals” – kata rasul Petrus. Jadi tepat benar apa yang dikatakan Tuhan bahwa kita tidak dapat menyembah Tuhan dan Mammon. Kita diminta untuk memilih. 

Hanya pada saat kita puas kepada Tuhan, kita mengalami fulfillment dan kita dimampukan bersyukur dan bahkan mengasihi sesama, sehingga kita dapat berkata seperti Daud dalam Mazmur 23…. 

Tuhan itu gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang: Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Apakah kita merasakan rasa syukur bergejolak dalam diri dan rasa takjub kepada Kristus ketika membaca perkataan Daud ini? Kalau demikian halnya, berarti kita melihat hidup ini bukan sekedar harus dipuaskan dengan fokus dari pagi sampai malam mengejar power, position, pleasure, & possession. Melainkan hidup ini ada kaitannya dengan rencana agung Tuhan dalam penciptaan & penebusanNya di mana kita telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai pemeran utamanya. Sebaliknya, jika perkataan Daud di dalam Mazmur 23 tidak memberikan effect pada saat kita membacanya, jangan-jangan tipu muslihat Mammon sudah masuk dalam diri kita.. 

Waspadalah....


JB for People (By.ppa)