Powered By Blogger

05 Juli 2009

HATI SEBAGAI HAMBA (ROMA 1:1-7)


Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, tak heran bila mereka tidak mengenal dia. Paulus menyadari ini maka di awal surat, ia memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Hal penting yang perlu diketahui jemaat Roma adalah otoritasnya dalam menulis surat. Dengan gamblang, Paulus menyebut identitas dirinya sebagai hamba dan rasul Kristus. Identitas itu dia miliki bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena ia dipanggil dan dikuduskan untuk itu (ay.1).

Sebagai rasul, Paulus bertugas memberitakan Injil Kristus. Dialah Anak Allah yang berkuasa, yang bangkit dari antara orang mati (ay. 2-4). Injil itu adalah penggenapan nubuat para nabi dalam zaman PL. Selain itu, Paulus bertugas menuntun semua bangsa agar percaya dan taat kepada Kristus (ay.5). Termasuk di dalamnya adalah orang-orang Roma (ay.6). Meski Paulus tidak mengenal jemaat Roma sebelumnya, tetapi pemahaman akan tugasnya sebagai rasul membuat Paulus tidak sungkan menulis surat kepada mereka untuk menyampaikan pengajarannya. Hati Paulus sebagai hamba Kristus membuat ia merasa berkepentingan untuk melayani mereka.

Hati sebagai hamba Kristus seharusnya bukan hanya dimiliki Paulus. Kita pun harus memiliki hati seperti itu. Tak perlu merasa bahwa kita tak memiliki panggilan khusus seperti yang diterima Paulus. Sebagai orang percaya kita semua menerima mandat untuk melayani orang lain agar mereka tertarik menjadi murid Kristus (Mat. 28:19-20). Lagi pula kasih karunia yang telah kita terima dari Allah sewajarnya membuat kita merespons dengan memberitakan kasih karunia Allah itu agar orang lain pun tertarik untuk menerimanya dari Allah.

Ingatlah bahwa mereka pun perlu percaya dan taat pada Kristus karena Kristus mengasihi mereka juga. Jadi, apa pun profesi kita, milikilah hati seorang hamba, yang mau taat, dengar, dan mau menyenangkan hati tuannya.

Semoga!

Indah pada waktunya.......





  • Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mengirimkan pesan singkat via SMS, yang bunyinya,

"...waktu saya meminta kupu-kupu yang cantik, DIA memberikan seekor ulat 'jelek', waktu saya meminta setangkai bunga yang indah, DIA memberikan kaktus berduri, selama sesaat saya sedih, kecewa, lalu bertanya, mengapa? Namun, tak lama kemudian kaktus itu berbunga, bunganya sangat indah, begitu pun ulat tadi, dia berubah (metamorfosis) menjadi kupu-kupu yang cantik, saya pun, tersenyum rencana-Nya memang indah pada waktunya..."

Setelah membaca SMS tersebut, saya lalu 'mengutak atik' gambar' kepompong, kupu-kupu dan kaktus....... 9seperti diatas) Oh,  Rupanya, dia telah mengingatkan saya, bagaimana menikmati  yang namanya PROSES. Memang, butuh waktu, untuk menjadi 'sesuatu' yang indah. Karena tidak ada yang instan di dunia ini..............

Saya pun, TERSENYUM........"DIA memang menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya, kenapa saya harus takut?, jalani aja.....nikmati!".

:) JB for people

JANDA ITU MENGAJARI SAYA ARTI MEMBERI


Hari ini (Minggu,05/7/09), saya mendapat 'pelajaran' yang sangat 'bernilai' dari seseorang yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya akan 'mengajari' saya arti Memberi.  

Saya bersyukur pada TUHAN, karena Dia memberikan saya kesempatan untuk melayani Dia di Makassar. Walau saya belum diberikan  kepercayaan menjadi seorang Gembala atau Pendeta Jemaat, tetapi 'aktivitasnya' sudah saya jalani selama ini.   Setiap hari Minggu (pagi) saya selalu mengunjungi seorang ibu (janda) berusia + 70 tahun, beliau sudah belasan tahun, tidak dapat berjalan (lumpuh). Karena dia tidak dapat berjalan, maka sudah bertahun-tahun dia tidak pernah ke Gereja lagi.  Singkat cerita, saya lalu 'meminta ijin' pada anak-anaknya, untuk melayani Ibu tersebut. Setelah di ijinkan, setiap minggu pagi saya ke rumah ibu tersebut, bersama dia, kami menyanyikan pujian, berdoa, baca dan Sharing Firman Tuhan. 

Seperti biasa, tadi pagi, saya ke rumahnya. Setelah selesai ibadah, ibu tersebut menyalami saya, tapi kali ini beda. Tangan saya digengam erat, kemudian ia mengulurkan tangannya yang lain dan menyodorkan 'sesuatu'. Saya terkejut, kaget! saya menolak, tetapi ia menatap saya, kemudian ia berkata, "....terima kasih, kamu sudah melayani......mungkin pemberian saya, tak seberapa, tapi terimalah, karena ini dari hati saya..." saya tak kuasa menatap matanya, akhirnya saya menerima. Saya sangat terharu,  saya tahu persis kehidupan ibu itu,   Ibu itu memberi dalam 'kekurangannya'.  Wajah saya seperti ditampar, selama ini dalam kelebihan saja saya jarang memberi, apalagi dalam kekurangan.

Saya lalu membayangkan, bagaimana janda yang dipuji oleh Yesus, karena memberi dari kekurangannya. Memang, tidak mudah memberi dalam kekurangan, tapi apakah kita harus menunggu sampai kelebihan baru memberi? 

Tuhan, mampukan saya untuk selalu memberi, selagi masih ada kesempatan!