
Kemarin (sabtu, 27/06/ 2009) saya mendapat 'kesempatan langkah' mengikuti Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) Penulisan disemua Media, yg difasilitasi oleh CHRISTIAN LEADERSHIP NETWORK CENTRE (CLNC) dan Yayasan Komunikasi Masyarakat (YAKOMA)-PGI.....di Resto & Ballroom Himalaya Makassar, Sul-Sel.
Dari beberapa Pemateri, yang membawakan materi, "WRITE YOUR VISION"._Bung Mula Harahap (Dir. YAKOMA dan mantan editor BPK-GM Jakarta), Ronald Ngantung (wartawan senior Suara Pembaruan, Sinar Harapan dan Wapemred Tribun Timur), Ps. herry Adiyanto (Webmaster-top ten),dll_ saya sangat senang sekaligus 'jengkel' dengan Ayah Mula (tapi saya tidak katakan, saya tidak senang dengan pemateri lainnya).
Karena 'jengkel' itulah, saya berani sharingkan (diskusikan) di FB, tentunya setelah mendapat 'ijin' dari beliau (katanya beliau, 'senang' dikomentari, dicaci, dll....bagus ini pikir saya.
Dengan gayanya yang khas, beliau memaparkan seluk beluk dunia tulis-menulis, beliau begitu semangat...menceritakan 'masa keemasan' penulis/penerbit Kristen beberapa tahun silam......tiba-tiba suaranya mulai perlahan, "kini, semua tinggal kenangan..........." betapa tidak, penulis/ penerbit Kristen mulai 'tenggelam' .....dan kalah dari 'saudara sepupu" .....
Lalu Ia, berteriak, "...mana anak-anak Sekolah/fakultas Teologi?...mana karya mereka?".....coba lihat 'saudara sepupu' yang sekolah di 'STT juga' karya mereka tidak hanya dinikmati oleh kalangan mereka, tapi kita pun menikmatinya....lihatlah Ayat-Ayat Cinta dan novel, buku lainnya penulisnya juga 'anak STT' kok?.
Beberapa teman saya (yang kebetulan berasal dari STT yang sebenarnya bukan tanda -"-) langsung 'bereaksi memprotes', saya sih diam-diam saja toh ada benarnya...... saya malah berterimaksih kepada Ayah Mula yang telah 'memprovokasi' saya.......
Memang, tidak objektif kalau masalah tulis-menulis dijadikan parameter mengukur peranan Sekolah/fakultas Teologi, karena memang 'bukan untuk itu' tujuan Sekolah/fakultas Teologi. Tetapi paling tidak, hal ini 'mengindikasikan' bahwa ada 'sesuatu' yang 'tidak beres' dengan Sekolah-Sekolah/fakultas-fakultas Teologi di Negeri ini . Ada 'indikasi' Sekolah/fakultas Teologi 'mengeksklusifkan' diri....kotor kalau memikirkan yang 'duniawi'............kita lebih suka memikirkan hubungan jemaat/ warga Gereja kita, dengan Tuhan. Dan membiarkan' mereka' yang memikirkan itu, benar juga!.
Sayangnya, justru disinilah letak 'kelemahan' kita, kita 'gagal' memainkan peran kita sebagai garam dan terang. sebenarnya, kita hanya bisa jadi terang (yang menarang)i kalo kita ada dalam kegelapan, bukan sebaliknya kita menjadi terang ditempat yang terang, he..he.........
Saya jadi teringat dengan salah satu artikel di Buletin Oikumene PGI edisi Mei 2009, rupanya, Pendidikan Teologi tidak menumbuhkan kesadaran kritis dan emansipatoris, sebaliknya Sekolah-Sekolah/ Fakultas Teologi lebih menyerupai lembaga pencucian otak, sebagaimana di negara otoriter dan totaliter........
Maka, wajar saja, kalau dewasa ini, Sekolah/ fakultas teologi tidak lagi 'menarik' (diminati). Beda memang dengan zamannya John Calvin,dkk...............!
JB for people.