
Ada sebuah pertanyaan klasik, Mengapa Tuhan mengizinkan umat-Nya yang sedang berjalan di padang gurun berulang kali mengalami kekurangan air? ( lih. Kel. 15:23, Bil. 20:2), Apakah TUHAN tidak tahu bahwa air merupakan kebutuhan vital yang harus dipenuhi tepat pada waktunya, lalu bagaimana dengan anak-anak yang mengalami dehidrasi?
'Pasti' sebagian besar dari kita akan menjawab, Agar mereka belajar bersandar penuh kepada Dia. Jawaban yang tepat, namun terlalu cepat! he..he..
Sekali lagi, lewat kisah ini, kita melihat umat Tuhan yang bertingkah laku bukan sebagai umat beriman. Wajar sekali bila orang mengalami kehausan karena kekurangan air saat berada di padang gurun yang gersang. Akan tetapi, bukankah mereka sudah beberapa kali melihat bagaimana Tuhan menghantar mereka melewati padang kesulitan? Bukankah mereka sudah mengalami sendiri bagaimana Tuhan memelihara mereka dengan cara-Nya yang ajaib? Sayang sekali mereka bebal. Perhatian mereka hanya tertuju pada penderitaan yang akan mereka hadapi di padang gurun. Mereka tidak mau bila kondisi di gurun jauh lebih buruk daripada kondisi mereka ketika masih di Mesir. Di Mesir mereka dapat menikmati makanan secara berkelimpahan. Celakanya mereka lupa bahwa di Mesir mereka tidak merdeka karena secara fisik maupun mental, mereka adalah budak dari Firaun. Di balik keluh kesah tentang kedahagaan jasmani, sebenarnya mereka mengalami kedahagaan yang jauh lebih mengerikan yaitu, kerohanian yang dahaga. Kekeringan rohani membuat mereka tidak mampu melihat dan merasakan kehadiran Tuhan yang seharusnya menyegarkan hidup.
JB for people.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar