Powered By Blogger

01 Februari 2011

NARSIS OH NARSIS






Narsis, sebuah istilah yang sangat familiar dalam kehidupan kita. Dan, mungkin sudah lama teman-teman sering mendengarnya. Karena saya termasuk orang yang "kurang bergaul", sehingga terlambat mengenal istilah-istilah seperti itu, walaupun sebenarnya bukan istilah baru. Sering teman-teman bilang “tuh orang narsis banget” ketika melihat gambar atau foto seseorang yang “di cakep-cakepin” atau “digagah-gagahin” atau semacam itulah kira-kira……Kemudian akhirnya saya memiliki pemahaman bahwa istilah narsis itu digunakan untuk memberikan sebutan kepada seseorang yang suka menonjolkan dirinya lewat penggambaran yang seolah-olah menjadi orang “yang paling…..”.

Ternyata, pemahaman saya tidak sepenuhnya benar, walaupun juga tidak salah. Setelah saya buka kamus, ternyata istilah narsis yang sering kita dengar itu berasal dari kata narcissism yang berarti suka membanggakan diri sendiri. Memang secara nyata sifat narsis tidak hanya sebatas pada “tampilan foto/gambar yang di cakep-cakepin…..” saja, tetapi jauh lebih luas dari itu dan menyentuh pada aspek psikologis manusia. Namun orang yang suka berfoto dengan pose yang dibuat-buat biar kelihatan seolah-olah paling keren seperti yang dipasang di profile facebook juga termasuk salah satu bentuk "perilaku narsis" (itu pendapat saya, gak setuju juga gak apa-apa).

Setelah saya membaca beberapa artikel, ternyata istilah narsis (narcissism) diambil dari sebuah mitologi yunani dimana seorang kesatria yang bernama Narcissus (ναρκισσος - NARKISSOS) dan parasnya elok bukan main suka memuja dirinya sendiri dan banyak menolak cinta secara kejam dari para wanita yang mencintainya. Sampai suatu saat dia menolak cinta Echo, yang menyebabkan Echo patah hati, dan Narcissus dikutuk sehingga jatuh cinta pada bayangannya sendiri di air kolam .Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narcissus.

Istilah "Narsisme" (dengan mengambil kisah Narcissus) pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud pada tahun 1890-an untuk menggambarkan sifat manusia yang sangat senang mengagumi/melebih-lebihkan dirinya sendiri. Narsisme adalah salah satu bentuk kesombongan manusia dan beberapa pakar psikoanalis mengkategorikan sifat ini sebagai sebuah penyimpangan psikologis pada manusia.

Berbagai karakteristik kepribadian telah dikaitkan dengan narsis. Sebagai contoh, narsis sering didefinisikan sebagai sibuk dengan mimpi-mimpi kesuksesan, kekuasaan, keindahan, dan kecemerlangan serta mencari perhatian dan kekaguman dari orang lain. Berkaitan dengan hal itu, ancaman terhadap harga diri orang yang narsis sering diikuti dengan perasaan marah, tertantang, malu, dan terhina. Seorang narsis juga cenderung lebih memikirkan hak yang harus mereka terima tanpa memikirkan tanggung jawab yang harus dipikul. Menurut American Psychiatric Association, orang yang narsis rentan terhadap kemarahan, rasa malu, rendah diri, dan penghinaan saat mereka dikritik oleh orang lain.
Orang yang memiliki sifat narsis senang melakukan glorifikasi diri yang biasanya diikuti oleh proses psikologis sebaliknya yakni menghina orang lain.

Setelah membaca beberapa artikel dibeberapa blog, Saya pun tersenyum, karena ternyata "Buku Tua" yang sering saya baca, sudah menceritakan, Jauh sebelum Narccisuss, menganggap diri paling, paling dan paling..... Lucifer sudah melakukannya terlebih dahulu. Ketika ia (lucifer) menyadari bahwa, dialah malaikat yang paling "indah dan lebih" dari yang lainnya, ia mulai sombong, dan ingin menggeser DIA yang harusnya bertahta. Maka, akhirnya Lucifer di buang! Teman-teman, "Buku Tua" yang sering saya baca juga, menekankan satu hal, Kesombongan mengawali Kejatuhan! Dan biasanya, mereka yang sombong hingga narsis adalah mereka yang mengenal & menyadari kelebihan-kelebihan diri mereka tanpa mengenal DIA yang menciptakan kita.

Maka, menurut saya, mengenal diri dan tahu potensi diri itu baik, tapi belum cukup. Karena kita semua, telah jatuh dalam dosa. Maka pengenalan diri yang baik dan benar hanya kita temukan, ketika kita mengenal DIA yang menciptakan kita. Tanpa mengenal DIA, kita hanya mengenal "bayang-bayang semu" yang membawa kita pada kesia-siaan.

Pertanyaannya, ada dua: 1). Anda Narsis? jika iya, cemberutlah[ :( ] karena itu bahaya. 2). Sudahkah Anda mengenal siapa Pencipta anda? kalo iya, Tersenyumlah :) Itu bagus!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar