Powered By Blogger

28 Juli 2009

FROM ZERO TO HERO (Hakim-Hakim 6:1-40)


(Sebuah 'Catatan' mengenang setahun penyerangan, penganiyaan dan pengusiran paksa Civitas Akademika SETIA dari Asrama & Kampus di Kampong Pulo-Jaktim, dalam perspektif seorang Johan Balukh).

Malam itu, Jumat (25/07/08) adalah malam yang 'spesial' buat saya. Pasalnya, malam itu saya mendapat kesempatan menyampaikan khotbah pada Ibadah gabungan mahasiswa (ada juga beberapa staf/dosen yang hadir) di Aula SETIA.. Itu berarti, saya menjadi 'orang terakhir' yang berkhotbah di mimbar SETIA di kampung Pulo- dalam jajaran civitas akademika SETIA (memang, hari minggunya masih ada Ibadah, tapi itu sudah 'mimbar' GKSI Imanuel Kp. Pulo)...Tentunya, sebagai alumni, ada 'kesan' tersendiri, ketika saya bercerita tentang almamater.....apalagi mengenang 'kampus putih' yang 'terpaksa' kita tinggalkan di kp. Pulo....Selain alasan itu, memang ada 'dorongan' yang kuat dalam hati saya, untuk menuliskannya. Paling tidak, cerita ini, menjadi berkat. Itu Doa saya.

Mungkin, anda percaya yang namanya kebetulan. Tetapi, bagi saya, bukan suatu kebetulan, kalau hari itu (jumat,25/7/2008) seorang Pendeta (senior saya) harus berangkat ke Bandung, dan saya diminta menggantikan dia berkhotbah. Bukan juga kebetulan, kalau malam itu saya berkhotbah tentang suasana mencekam, menakutkan yang di alami bangsa Israel, dan kepahlawanan Gideon dalam kitab Hakim-Hakim 6:1-40.

Menarik, mungkin kata itulah yang tepat, ketika kita mengomentari kisah yang terdapat dalam teks hakim-Hakim 6:1-40. Pasalnya, pada waktu itu orang-orang Israel sedang dalam suasana yang mencekam, penuh ketidakpastian, dan penuh ketakutan, karena mereka sementara dijajah oleh orang-orang Midian. Memang, TUHAN mengijinkan mereka mengalami hal tersebut, karena mereka telah berbuat jahat dimata TUHAN (ay.1)....mereka sangat menderita, bahkan melarat (ay.2-6) setiap orang takut keluar. Begitu pun Gideon, ia sangat ketakutan. Dalam bekerja pun, ia tidak bebas, ia harus bersembunyi, supaya tidak kelihatan oleh tentara-tentara Midian (ay.11). Dan justru dan kondisi seperti inilah, malaikat TUHAN datang menemui Gideon, dan menyapanya, "...TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani..."(ay.12).

Sesuatu yang bertolak belakang bukan? Saya kadang berpikir, apakah malaikat TUHAN tidak tahu, bahwa Gideon adalah seorang penakut? yang jelas-jelas sedang bersembunyi. Kok, bisa-bisanya Gideon dipanggil, "Pahlawan yang gagah berani?". Harusnya, dia sudah pergi melawan orang Midian, atau paling tidak, tidak usalah bersembunyi ketika bekerja, kalau memang dia seorang pahlawan yang gagah berani. iya kan?

Yang benar sajalah. Gideon pun, sepertinya tidak percaya, 'mungkin' dia menganggap itu sekadar lelucuon. Buktinya, dia mempertanyakan kembali penyertaan TUHAN. Dia berkata, "...ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? dimana segala perbuatan-perbuatanya yang ajaib?...(malah) sekarang TUHAN membuang kami dalam cengkraman orang Midian.." (ay.13). Sesuatu yang wajar! 

Akhirnya, TUHAN pun mempertegas janji-Nya, dan mengutus Gideon untuk membebaskan bangsa Israel (ay.14). Tetapi apa yang terjadi, Gideon 'terlanjur' meragukannya. Dia lalu, melihat masa lalunya, latar belakang keluarganya,dlsbnya. Dengan kata lain, Gideon tidak percaya, bahwa dia memang seorang pahlawan. Singkat cerita, terjadilah dialog (baca: tawar-menawar) hingga pada akhirnya, Gideon menguji janji TUHAN sebanyak dua kali. Ketika dia tahu, bahwa TUHAN menyertainya, dia pun bangkit dan menjadi pahlawan yang gagah berani dan luar biasa, dia berhasil membebaskan umat Israel dari cengkraman penjajahan orang Midian (lih. ayat-ayat selanjutnya).

Menarik bukan? Setelah membaca dan merenungkan kisah Gideon, saya pun menyimpulkan. Terkadang, cara pandang kita (baca: manusia) berbeda dengan cara pandang TUHAN terhadap diri kita. Bukan tanpa alasan, TUHAN memanggil Gideon "pahlawan yang gagah berani" mengapa? karena TUHAN melihat hari esok dari Gideon, sementara Gideon 'berkutat' dengan masa lalunya. Gideon mungkin tidak tahu atau lupa, bahwa DIA adalah TUHAN. DIA sanggup merubah seseorang, pecundang sekalipun menjadi pahlawan (from Zero to Hero), kalau memang DIA menghendakinya. Yakin itu!

Itulah ringkasan khotbah saya malam itu. Seteleh selesai Ibadah, saya kembali ke asrama untuk beristirahat. Sayangnya, saya tidak bisa menikmati istirahat malam saya, karena tak lama kemudian, terjadilah penyerangan ke asrama-asrama, bahkan kampus pun diserang. Keesokan harinya (sabtu) saya dan sekitar lima puluh-an teman yang ada di asrama RT 05, benar-benar mengalami penyertaan TUHAN yang luar biasa, DIA memberikan keberanian yang biasa kepada beberapa orang, yang sebelumnya, saya tidak pikirkan (saya tidak akan menceritakan secara detail kronologis kejadiannya). Yang jelas, selama beberapa jam kami diserbu, tak ada seorang pun yang mengalami luka-luka. Nanti setelah ada 'persetujuan' akan dievakuasi ke Polda Metro Jaya, dan dalam perjalanan itulah, korban mulai berjatuhan, ada yang ditikam, ditombak, disirami air raksa, dsbnya...hingga akhirnya kami tiba di Polda Metro Jaya, disana, saya benar-benar membuktikan penyertaan TUHAN (karena hanya saya yang dibawah ke ruangan tsb, ditanya, dan membuat pernyataan)...hingga akhirnya kami diijinkan pulang.

Beberapa waktu kemudian setelah Mahasiswa berada di tempat-tempat pengungsian, saya sempat bercerita dengan seorang Dosen. Dia berkata, "....luar bisa, mereka yang membantu. mahasiswa di tempat-tempat pengungsian, ternyata adalah orang-orang yang kita tidak pernah pikirkan sebelumnya)... Saya pun tersenyum, TUHAN memang dapat memakai saja yang IA kehendaki.

Memang, situasi dan kondisi yang dialami oleh bangsa Israel berbeda dengan situasi dan kondisi yang di alami SETIA. Tetapi bukan tidak mungkin, cara TUHAN menolong dan memulihkan Bangsa Israel akan sama dengan Cara TUHAN memulihkan SETIA. TUHAN punya alasan, mengapa DIA membiarkan bangsa Israel hidup dalam ketidakpastian, begitu pun SETIA.

Bisa saja, ada 'Gideon-Gideon' yang sementara TUHAN siapkan di SETIA. Makanya, DIA mengijinkan SETIA mengalami 'lembah kekelaman' supaya dari proses seperti itulah lahir 'Gideon-Gideon' masa kini yang tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan TUHAN. Semoga kita skeptis, tetapi percaya, bahwa DIA sedang 'merenda' masa depan yang indah bagi SETIA. Mungkin saat ini, SETIA dipandang sebela mata (paling tidak oleh segelintir orang yang pernah saya dengar) tetapi nanti, dari SETIA akan lahir pemimpin-pemimpin yang mempengaruhi kekristenan di Indonesia. Tidak mustahil, DIA sanggup merubah Gideon, maka DIA juga bisa, merubah 'pecundang-pecundang' di SETIA menjadi Pahlawan-Pahlawan Iman yang luar bisa. FROM ZERO TO HERO WITH JESUS!.


:)JB fro people.

15 Juli 2009

surat untuk sahabat-KU


Apa khabar mu? 
KU goreskan 'sepucuk' surat ini, agar kamu tahu, bahwa AKU selalu memperhatikanmu....

Kemarin, tatkala kamu berbincang-bincang, bersenda gurau, chatting, SMS, telpon, begitu asyik dengan teman-temanmu,...AKU menunggumu, dengan segenggam harapan agar kamu juga mau berbincang dengan-KU. KU beri kamu senja untuk menutupi harimu, KU hembuskan angin semilir untuk menyejukanmu, dan yang penting, AKU tetap menunggu mu.......
tetapi, kamu tidak pernah datang, perasaan-KU terluka, namun kasih-KU pada mu tak pernah sirna, karena AKU adalah sahabatmu.

Ketika kamu lelap semalam, AKU terus mengawasi mu, AKU ingin membelai keningmu, hingga KU curahkan cahaya rembulan ke wajah mu.....ingin AKU turun ke bawah, membangunkan mu, dan kita berbincang.......tapi AKU menahannya, dan menunggu hingga esok pagi..... tahukah kamu, selaksa hadiah telah KU siapkan untuk mu???

Tetapi sayang, ketiga pagi menjelang, kamu pun segera berpacu dengan waktu, tak sedikit pun memperdulikan AKU.....air mata-KU bergulir, ada tangis di hati-KU.......ingin sekali KU bisikan, "AKU Cinta padamu".................... KU coba isyaratkan lewat hamparan langit biru dan rumput hijau yang bisu...dan KU bisikan lewat gesekan dedaunan, sejuta kembang yang warna-warni...telah KU teriakan lewat aliran sungai pegunungan, kicauan burung beterbangan..KU hangatkan kamu dengan sinar mentari, kasih-KU melebihi dalamnya samudera dan tak terhingga apa pun....

Banyak sekali yang ingin KU bicarakan dengan mu, tetapi.........tak ingi lebih lama KU usik 'kesenangan' mu, kamu begitu sibuk...OL, baca pesan, chatting, dlsbnya.....

AKU hanya ingin kamu tahu satu hal, bahwa AKU sangat mengasihi mu, AKU telah menggantikan kamu, ketika kamu didakwa hukuman mati karena dosa....AKU rela menanggung pukulan, hinaan, kutuk....luka, darah yang mengalir di tubuh-KU itu semua karena kamu.....


AKU tidak butuh, banyak hal dari kamu.....AKU hanya butuh satu waktu khusus yang kamu siapkan untuk AKU.....kini, semua keputusan ada pada mu, sekali lagi...KU pilih kamu, bukan karena kamu orang baik, tetapi karena AKU mengasihi mu....AKU tetap menanti mu tanpa batas waktu.....
Datanglah, bicaralah, dan jangan pernah lupakan keberadaan-KU....

 AKU yang mengasihi mu,
  sahabat mu,

 YESUS

09 Juli 2009

MAMMON PENGGODA YANG SEKSI


Teman saya di Facebook pernah bilang, ".........Kita Cenderung Memberikan Cinta Sejati Justru Kepada Mammon dan Kepada Tuhan Sekadar Cinta monyet, Cinta Lokasi, Cinta Sesaat, dsbnya.. "

Setujukah Anda dengan dia? ..jangan dulu diperdebatkan! 

Krisis ekonomi AS yang sedang berlangsung adalah potret betapa hidup manusia sangat dikuasai dan dibuat tidak berdaya oleh Mammon. Manusia memang cenderung memilih Mammon dan tidak mampu memilih Tuhan. Pada saat kita tidak dengan tegas memilih Tuhan, berarti kita memilih Mammon dan relasi kita dengan Tuhan pun menjadi dingin. Mammon memang penggoda nomer wahid, Monster yang tampil sangat sexy ibarat Angelina Jolie yang tampil telanjang bulat dalam film Beowulf. Siapapun cenderung jatuh ke dalam perangkapnya. Pendeta yang hampir tiap minggu kotbah dan tidak jarang memimpin bible study pun tertangkap basah sedang bercumbu mesra penuh birahi dengan sang Mammon. 

Apa yang membuat Mammon begitu besar pengaruhnya terhadap manusia? 

Pertama, karena Mammon bersedia dikuasai dan diperalat. Tetapi pada saat dikuasai dan diperalatlah, Mammon mencengkeram manusia, membuat manusia tidak berdaya untuk dijadikan budaknya. Bahkan negara adidaya seperti AS dibuat kelimpungan oleh tipu daya Mammon seperti krisis keuangan yang sedang terjadi. Sebaliknya Tuhan, walaupun maha kasih dan maha baik, tidak akan pernah dapat dikuasai dan diperalat oleh manusia. Tuhan tetap selalu maha kudus, maha kuasa dan satu-satunya the Most High. Sikap manusia terhadap Tuhan hanya tunduk total, atau meninggalkan Tuhan. Perbedaan signifikan inilah yang membuat orang cenderung memilih memberikan cinta sejatinya kepada Mammon, dan kepada Tuhan hanya cinlok di gereja pada hari minggu.

Memang akhir akhir ini ada kecenderungan dari beberapa orang yang menyebut diri “pendeta”, berupaya menguasai dan memperalat Tuhan. Mereka membual sepertinya kesembuhan dan kemakmuran ada di tangan dan kehendaknya, yang dengan bebas kapan dan kepada siapa mereka mau berikan. Mereka mengatas-namakan Tuhan yang ditampilkan dengan senantiasa memegang Alkitab terbuka di tangannya, tetapi menipu “jemaat”nya dengan pola hidup “matrek” yang dikuasai Mammon. Sikap mereka sama dengan guru-guru palsu yang diungkapkan oleh rasul Petrus di gereja mula mula dalam 2 Petrus 2. 

Guru-guru palsu masa itu sepertinya tidak menentang doktrin gereja, tetapi mereka merusak jemaat melalui “gaya hidupnya” yang immoral (greedy, arrogant, lust, act by instinct like wild animals, insatiable, slaves of destructive habits) dan menjalin selingkuh dengan sang Mammon seperti Bileam anak Beor yang cinta uang. Mereka hanya mengutamakan bagaimana memuaskan hidup bukan memaknainya dalam Tuhan. Kalau cuma memuaskan hidup sebenarnya tidak perlu doktrin, karena doktrin dan kebenaran hanya dibutuhkan oleh seseorang yang memaknai hidupnya. Celakanya banyak orang tertarik dengan ajaran dan pola hidup matrek ini. Pada akhirnya rasul Petrus mengingatkan bahwa Tuhan sudah menyediakan tempat yang cocok bagi mereka, yaitu tempat yang gelap sehingga mereka bebas berbuat semaunya tanpa harus ada rasa was-was ketangkap basah lagi. 

Kedua, karena kita manusia sering tidak puas dengan kehidupan kita, yang berarti, kita sebenarnya tidak puas dengan Tuhan. Ketidak-puasan kita kepada Tuhan bukan karena kita kekurangan trust karena Tuhan tidak riil. Bukankah di atas uang dolar tertulis “in God we trust”? Krisis keuangan yang katanya sudah berubah menjadi krisis ekonomi di AS adalah bukti bahwa manusia kebablasan trust kepada perusahaan-perusahaan yang sebenarnya mereka tidak kenal. Mereka berani dan percaya meminjamkan uang tabungan hidupnya dalam bentuk saham, surat berharga kepada peminjam, perusahaan atau institusi yang sebenarnya tidak riil bagi mereka karena mereka belum pernah bertemu. Jadi bukan masalah tidak adanya trust, tetapi tidak adanya rasa puas dengan Tuhan. 

Rasa tidak puas dengan Tuhan ini juga yang dialami Hawa sehingga membimbingnya menghampiri dan akhirnya memakan buah dari pohon tentang baik & jahat. Rasa tidak puas bahwa Tuhan memberikan yang terbaik kepada setiap anakNya berarti berpersepsi negatif kepada Tuhan. Rasa tidak puas inilah yang persis diciptakan si ular pada Hawa, bukan? Oleh karena rasa tidak puas itu, banyak orang berusaha cari uang cara cepat dan membangun kehidupan melebihi kemampuannya dengan jalan KREDIT yang berlebihan, bukan sekedar untuk kebutuhan tetapi untuk keinginan, seperti perkataan : “We buy things that we don’t need, to attract people who don’t care, with money we don’t have.” 

Rasa tidak puas sulit membuat kita dapat bersyukur kepada Tuhan dan mengasihi sesama. Sebaliknya, rasa tidak puas akan membawa kita menjadi greedy, rakus karena takut. Sejak dulu, kira-kira tahun 1987, sudah ada film yang menggambarkan pola kehidupan ini, Wall Street yang dibintangi oleh Michael Douglas sebagai Gordan Gekko dengan statementnya yang terkenal “greed… is good & money never sleeps.” Di dalam kehidupan yang dikuasai Mammon hanya satu hukumnya, zero sum game bukan sharing prosperity. The profit is mine, the loss is yours. 

Selain greedy, Mammon membuat mangsanya alergi terhadap tanggung jawab. Padahal tanpa tanggung jawab tidak mungkin seseorang dapat menyangkal diri & memikul salib untuk selanjutnya mengikut Kristus. Sifat tidak mau bertanggung jawab akan membuat orang berupaya sebisa mungkin untuk melemparkan semua tanggung jawab ke pihak lain, yang dalam krisis ekonomi kali ini salah satu wujudnya dikenal dengan nama CDS (Credit Default Swap). Maka tidaklah mengherankan kalau dikatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat menghitung secara pasti berapa besar kerugian dalam krisis ekonomi AS kali ini, dikarenakan panjangnya mata rantai yang diciptakan orang untuk membuang tanggung jawab. Sifat tidak mau bertanggung jawab juga terlihat dari sikap gambling yang tinggi, tidak peduli terhadap resiko yang mungkin terjadi, seperti yang terjadi dalam krisis ekonomi saat ini. 

Memang sulit bagi orang yang sudah terbiasa berkubang dalam lumpur Mammon, walau sudah menjadi Kristen sekali pun, untuk dapat berubah dengan meninggalkan Mammon dan memilih Tuhan. Kalau tidak menyangkal diri dan memikul salib tiap hari, seseorang tidak akan dapat mengikut Yesus (Matius 16:24). Sulitnya bagi mereka yang cinta Mammon untuk mengikut Yesus oleh Tuhan Yesus sendiri diibaratkan seperti onta yang tinggi masuk lubang kecil di malam hari, karena pintu gerbang kota sudah tutup. Onta tersebut harus melipat kaki nya dan merangkak perlahan memasuki “lubang jarum” (Matius 19:24). Coba perhatikan cara para pengusaha (yang katanya Kristen sekali pun) dalam berbisnis. Kalau bisa semua pesaingnya dimatikan. Mereka seperti serigala yang haus memangsa serigala yang lain – “act by instinct like wild animals” – kata rasul Petrus. Jadi tepat benar apa yang dikatakan Tuhan bahwa kita tidak dapat menyembah Tuhan dan Mammon. Kita diminta untuk memilih. 

Hanya pada saat kita puas kepada Tuhan, kita mengalami fulfillment dan kita dimampukan bersyukur dan bahkan mengasihi sesama, sehingga kita dapat berkata seperti Daud dalam Mazmur 23…. 

Tuhan itu gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang: Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Apakah kita merasakan rasa syukur bergejolak dalam diri dan rasa takjub kepada Kristus ketika membaca perkataan Daud ini? Kalau demikian halnya, berarti kita melihat hidup ini bukan sekedar harus dipuaskan dengan fokus dari pagi sampai malam mengejar power, position, pleasure, & possession. Melainkan hidup ini ada kaitannya dengan rencana agung Tuhan dalam penciptaan & penebusanNya di mana kita telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai pemeran utamanya. Sebaliknya, jika perkataan Daud di dalam Mazmur 23 tidak memberikan effect pada saat kita membacanya, jangan-jangan tipu muslihat Mammon sudah masuk dalam diri kita.. 

Waspadalah....


JB for People (By.ppa)

08 Juli 2009

TUHAN PASTI MENOLONG





Pernahkah Anda merasa bahwa Tuhan terlambat menolong, saat krisis melanda? Mungkin saat itu Anda bertanya-tanya, apakah Tuhan tidak sanggup menolong atau Dia sudah tidak perduli lagi।

Mungkin itulah yang dirasakan oleh umat Israel saat melihat pasukan Firaun mendekat(Keluaran 14:15-31).Mereka menghadapi jalan buntu karena di hadapan mereka membentang Laut Teberau yang tak terseberangi। Musa memang sudah memberikan janji dan jaminan Tuhan bahwa mereka tidak akan ditangkap lagi oleh Firaun. Kenyataannya Firaun semakin dekat, sementara belum ada tindakan sama sekali, baik dari Musa maupun dari Tuhan. Namun justru pada saat itu Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya. Ia tidak terlambat bertindak. Ia tidak tinggal diam (band. ay. 13, orang Israel akan diam saja), melainkan campur tangan dengan melakukan mukjizat yang besar, yang pertama kali mereka saksikan seumur hidup mereka.

Tuhan bertindak tepat pada waktunya dalam kebuntuan, ketegangan, dan ketakutan yang sedang dihadapi manusia dengan memberikan jalan keluar kepada mereka. Dia menyatakan kuasa-Nya. Pertama-tama dengan tiang awan-Nya yang membuat malam menjadi sangat gelap sehingga pasukan Mesir tidak dapat mendekati umat Israel semalam-malaman (19-20). Dengan memakai tongkat Musa yang diulurkan ke laut Teberau, Tuhan membelah laut tersebut sehingga terbentuk tanah kering untuk dilalui umat Israel ke seberang. Umat pun menyeberang dengan selamat. Dan akhirnya, dengan kuasa dahsyat-Nya atas alam, Ia menenggelamkan pasukan Firaun di laut Teberau hingga binasa.

Tuhan tidak pernah terlambat bertindak, kuasa-Nya yang dahsyat sanggup menyelesaikan masalah sebesar apapun. Karena itu jangan pernah kehilangan iman kita kepada Tuhan. Ia peduli dan akan bertindak dalam kuasa dan kedaulatan-Nya.

Entah Dia akan melalukan krisis itu secepatnya atau Dia akan meningkatkan kekuatan anak-anak-Nya dalam menghadapi krisis tersebut.
Yang Jelas, Rencana-Nya selalu Indah pada waktunya. Percayalah

05 Juli 2009

HATI SEBAGAI HAMBA (ROMA 1:1-7)


Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, tak heran bila mereka tidak mengenal dia. Paulus menyadari ini maka di awal surat, ia memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Hal penting yang perlu diketahui jemaat Roma adalah otoritasnya dalam menulis surat. Dengan gamblang, Paulus menyebut identitas dirinya sebagai hamba dan rasul Kristus. Identitas itu dia miliki bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena ia dipanggil dan dikuduskan untuk itu (ay.1).

Sebagai rasul, Paulus bertugas memberitakan Injil Kristus. Dialah Anak Allah yang berkuasa, yang bangkit dari antara orang mati (ay. 2-4). Injil itu adalah penggenapan nubuat para nabi dalam zaman PL. Selain itu, Paulus bertugas menuntun semua bangsa agar percaya dan taat kepada Kristus (ay.5). Termasuk di dalamnya adalah orang-orang Roma (ay.6). Meski Paulus tidak mengenal jemaat Roma sebelumnya, tetapi pemahaman akan tugasnya sebagai rasul membuat Paulus tidak sungkan menulis surat kepada mereka untuk menyampaikan pengajarannya. Hati Paulus sebagai hamba Kristus membuat ia merasa berkepentingan untuk melayani mereka.

Hati sebagai hamba Kristus seharusnya bukan hanya dimiliki Paulus. Kita pun harus memiliki hati seperti itu. Tak perlu merasa bahwa kita tak memiliki panggilan khusus seperti yang diterima Paulus. Sebagai orang percaya kita semua menerima mandat untuk melayani orang lain agar mereka tertarik menjadi murid Kristus (Mat. 28:19-20). Lagi pula kasih karunia yang telah kita terima dari Allah sewajarnya membuat kita merespons dengan memberitakan kasih karunia Allah itu agar orang lain pun tertarik untuk menerimanya dari Allah.

Ingatlah bahwa mereka pun perlu percaya dan taat pada Kristus karena Kristus mengasihi mereka juga. Jadi, apa pun profesi kita, milikilah hati seorang hamba, yang mau taat, dengar, dan mau menyenangkan hati tuannya.

Semoga!

Indah pada waktunya.......





  • Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mengirimkan pesan singkat via SMS, yang bunyinya,

"...waktu saya meminta kupu-kupu yang cantik, DIA memberikan seekor ulat 'jelek', waktu saya meminta setangkai bunga yang indah, DIA memberikan kaktus berduri, selama sesaat saya sedih, kecewa, lalu bertanya, mengapa? Namun, tak lama kemudian kaktus itu berbunga, bunganya sangat indah, begitu pun ulat tadi, dia berubah (metamorfosis) menjadi kupu-kupu yang cantik, saya pun, tersenyum rencana-Nya memang indah pada waktunya..."

Setelah membaca SMS tersebut, saya lalu 'mengutak atik' gambar' kepompong, kupu-kupu dan kaktus....... 9seperti diatas) Oh,  Rupanya, dia telah mengingatkan saya, bagaimana menikmati  yang namanya PROSES. Memang, butuh waktu, untuk menjadi 'sesuatu' yang indah. Karena tidak ada yang instan di dunia ini..............

Saya pun, TERSENYUM........"DIA memang menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya, kenapa saya harus takut?, jalani aja.....nikmati!".

:) JB for people

JANDA ITU MENGAJARI SAYA ARTI MEMBERI


Hari ini (Minggu,05/7/09), saya mendapat 'pelajaran' yang sangat 'bernilai' dari seseorang yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya akan 'mengajari' saya arti Memberi.  

Saya bersyukur pada TUHAN, karena Dia memberikan saya kesempatan untuk melayani Dia di Makassar. Walau saya belum diberikan  kepercayaan menjadi seorang Gembala atau Pendeta Jemaat, tetapi 'aktivitasnya' sudah saya jalani selama ini.   Setiap hari Minggu (pagi) saya selalu mengunjungi seorang ibu (janda) berusia + 70 tahun, beliau sudah belasan tahun, tidak dapat berjalan (lumpuh). Karena dia tidak dapat berjalan, maka sudah bertahun-tahun dia tidak pernah ke Gereja lagi.  Singkat cerita, saya lalu 'meminta ijin' pada anak-anaknya, untuk melayani Ibu tersebut. Setelah di ijinkan, setiap minggu pagi saya ke rumah ibu tersebut, bersama dia, kami menyanyikan pujian, berdoa, baca dan Sharing Firman Tuhan. 

Seperti biasa, tadi pagi, saya ke rumahnya. Setelah selesai ibadah, ibu tersebut menyalami saya, tapi kali ini beda. Tangan saya digengam erat, kemudian ia mengulurkan tangannya yang lain dan menyodorkan 'sesuatu'. Saya terkejut, kaget! saya menolak, tetapi ia menatap saya, kemudian ia berkata, "....terima kasih, kamu sudah melayani......mungkin pemberian saya, tak seberapa, tapi terimalah, karena ini dari hati saya..." saya tak kuasa menatap matanya, akhirnya saya menerima. Saya sangat terharu,  saya tahu persis kehidupan ibu itu,   Ibu itu memberi dalam 'kekurangannya'.  Wajah saya seperti ditampar, selama ini dalam kelebihan saja saya jarang memberi, apalagi dalam kekurangan.

Saya lalu membayangkan, bagaimana janda yang dipuji oleh Yesus, karena memberi dari kekurangannya. Memang, tidak mudah memberi dalam kekurangan, tapi apakah kita harus menunggu sampai kelebihan baru memberi? 

Tuhan, mampukan saya untuk selalu memberi, selagi masih ada kesempatan!

02 Juli 2009

ANDA SETIA ATAU TIDAK?


Pertanyaan yang  gampang, jawabannya pun gampang, kalo pilihannya hanya 'ya' dan 'tidak', tapi bukan disitu substansi dari pertanyaan tersebut! Pertanyaan ini, merupakan refleksi dari Mazmur 50. 

Kita mungkin berpendapat bahwa umat Allah adalah orang benar. Namun Alkitab menunjukkan bahwa umat Allah bukan hanya terdiri dari orang yang sungguh beriman, tetapi juga ada umat yang tidak sungguh beriman. Nas hari ini menunjukkan bagaimana Allah menghakimi umat yang dipisahkan ke dalam dua kelompok berbeda ini.

Tiga nama Allah yang dipakai pada ayat 1 (El, Elohim, Yahweh), yang menggabungkan nuansa kemahakuasaan Allah dan Allah umat perjanjian, sangat tepat karena Allah muncul sebagai Hakim berkuasa, yang akan menghakimi umat-Nya. Mereka disebut sebagai “orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku” (5). Penghakiman ini tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman, tetapi supaya umat bertobat. Ia mengingatkan mereka bahwa Ia sesungguhnya tidak memerlukan korban yang mereka persembahkan. Mengapa? Karena Ia adalah pemilik alam semes-ta dan tidak membutuhkan binatang-binatang itu (8-13). Allah menginginkan umat mempersembahkan syukur sebagai korban dan menepati nazar yang mereka janjikan (14). Lalu penghakiman tersebut ditutup dengan janji bahwa Allah akan menolong umat yang berseru kepada Dia (15).

Berikutnya Allah menghakimi umat yang tidak setia. Mereka disebut orang fasik walaupun mereka umat Allah, yang juga menyebut-nyebut perjanjian Allah dengan mulut mereka (16). Umat yang fasik ini didakwa membenci teguran Tuhan dan melakukan banyak kejahatan (17-20). Mereka bahkan menganggap bahwa Allah sederajat dengan mereka (21). Allah memperingatkan mereka yang telah melupakan Dia agar bertobat, karena jika tidak Allah akan menerkam mereka (22). Sebaliknya siapa yang mempersembahkan korban syu-kur dan jujur akan diselamatkan Allah (23).

Marilah kita introspeksi diri, apakah kita termasuk umat yang setia atau tidak setia? Jika kita termasuk setia, mari pertahankan kesetiaan kita. Jika termasuk umat yang tidak setia, cepat bertobat, jangan sampai Allah ‘menerkam’ kita...................tersenyumlah, karena masih ada kesempatan bagi kita untuk merenungkannya. (JB for People)

29 Juni 2009

UNTUNG TUHAN TIDAK PERNAH MENYERAH


Pada tanggal 7 Desember 1998 di bagian utara Armenia, suatu gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter menghancurkan sebuah gedung sekolah diantara bangunan-bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan suasana panik, seorang bapak berlari menuju ke sekolah tersebut, dimana anaknya menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari, ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia ucapkan kepada anaknya itu, "Hai anakku, apapun yang terjadi, papa akan selalu bersamamu!"

Sesampainya di tempat di mana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur total! Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana sambil menahan tangis. Namun kemudian...tiba-tiba ia pergi ke bagian sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan tangannya sendiri ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di sana. Ada seseorang yang
sempat menegurnya, "Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua pasti sudah mati."

Bapak itu menjawab, "Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu bisa membantu mengangkat batu-batu ini!" Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si bapak tidak bisa berhenti memikirkan anaknya, maka ia menggali terus.

Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh jam, tigabelas jam,
delapan belas jam. Lalu tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat sebagian dari papan itu, dan berteriak, "Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu terdengarlah suara kecil, "Papa!". Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain sementara anak-anak yang selamat itu ikut berteriak!

Semua orang yang ada di sekitar reruntuhan itu, kebanyakan para orang tua dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan mereka. Mereka menemukan 14 anak yang masih hidup itu! Pada saat Armando sudah selamat, dia membantu untuk menggali dan mengangkat batu-batu sampai teman-temannya sudah diselamatkan semua. Semua orang mendengarnya ketika ia berkata kepada teman-temannya itu, "Lihat, aku sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita!"

Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup kita. Di saat kita dalam kegelapan, tertimpa oleh macam-macam beban masalah, jatuh dalam kelemahan dan dosa. Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus harapan, dan lantas mengibarkan bendera putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah kita akan bersikap seperti Armando, yang terus menggenggam HARAPAN? bahwa Seseorang sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita? Seseorang yang tak akan pernah menyerah sampai kita sudah di dalam pelukan-Nya.

(cerita ini, dikirim seorang sahabat)

28 Juni 2009

Quo Vadis Pendidikan Teologi di Indonesia?


Kemarin (sabtu, 27/06/ 2009) saya mendapat 'kesempatan langkah' mengikuti Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) Penulisan disemua Media, yg difasilitasi oleh CHRISTIAN LEADERSHIP NETWORK CENTRE (CLNC) dan Yayasan Komunikasi Masyarakat (YAKOMA)-PGI.....di Resto & Ballroom Himalaya Makassar, Sul-Sel. 

Dari beberapa Pemateri, yang membawakan materi, "WRITE YOUR VISION"._Bung Mula Harahap (Dir. YAKOMA dan mantan editor BPK-GM Jakarta), Ronald Ngantung (wartawan senior Suara Pembaruan, Sinar Harapan dan Wapemred Tribun Timur), Ps. herry Adiyanto (Webmaster-top ten),dll_ saya sangat senang sekaligus 'jengkel' dengan Ayah Mula (tapi saya tidak katakan, saya tidak senang dengan pemateri lainnya). 

Karena 'jengkel' itulah, saya berani sharingkan (diskusikan) di FB, tentunya setelah mendapat 'ijin' dari beliau (katanya beliau, 'senang' dikomentari, dicaci, dll....bagus ini pikir saya. 

Dengan gayanya yang khas, beliau memaparkan seluk beluk dunia tulis-menulis, beliau begitu semangat...menceritakan 'masa keemasan' penulis/penerbit Kristen beberapa tahun silam......tiba-tiba suaranya mulai perlahan, "kini, semua tinggal kenangan..........." betapa tidak, penulis/ penerbit Kristen mulai 'tenggelam' .....dan kalah dari 'saudara sepupu" .....

Lalu Ia, berteriak, "...mana anak-anak Sekolah/fakultas Teologi?...mana karya mereka?".....coba lihat 'saudara sepupu' yang sekolah di 'STT juga' karya mereka tidak hanya dinikmati oleh kalangan mereka, tapi kita pun menikmatinya....lihatlah Ayat-Ayat Cinta dan novel, buku lainnya penulisnya juga 'anak STT' kok?.
Beberapa teman saya (yang kebetulan berasal dari STT yang sebenarnya bukan tanda -"-) langsung 'bereaksi memprotes', saya sih diam-diam saja toh ada benarnya...... saya malah berterimaksih kepada Ayah Mula yang telah 'memprovokasi' saya.......

Memang, tidak objektif kalau masalah tulis-menulis dijadikan parameter mengukur peranan Sekolah/fakultas Teologi, karena memang 'bukan untuk itu' tujuan Sekolah/fakultas Teologi. Tetapi paling tidak, hal ini 'mengindikasikan' bahwa ada 'sesuatu' yang 'tidak beres' dengan Sekolah-Sekolah/fakultas-fakultas Teologi di Negeri ini . Ada 'indikasi' Sekolah/fakultas Teologi 'mengeksklusifkan' diri....kotor kalau memikirkan yang 'duniawi'............kita lebih suka memikirkan hubungan jemaat/ warga Gereja kita, dengan Tuhan. Dan membiarkan' mereka' yang memikirkan itu, benar juga!. 

Sayangnya, justru disinilah letak 'kelemahan' kita, kita 'gagal' memainkan peran kita sebagai garam dan terang. sebenarnya, kita hanya bisa jadi terang (yang menarang)i kalo kita ada dalam kegelapan, bukan sebaliknya kita menjadi terang ditempat yang terang, he..he.........

Saya jadi teringat dengan salah satu artikel di Buletin Oikumene PGI edisi Mei 2009, rupanya, Pendidikan Teologi tidak menumbuhkan kesadaran kritis dan emansipatoris, sebaliknya Sekolah-Sekolah/ Fakultas Teologi lebih menyerupai lembaga pencucian otak, sebagaimana di negara otoriter dan totaliter........

Maka, wajar saja, kalau dewasa ini, Sekolah/ fakultas teologi tidak lagi 'menarik' (diminati). Beda memang dengan zamannya John Calvin,dkk...............!

JB for people.

Bahaya kekeringan Rohani




Ada sebuah pertanyaan klasik, Mengapa Tuhan mengizinkan umat-Nya yang sedang berjalan di padang gurun berulang kali mengalami kekurangan air?  ( lih. Kel. 15:23, Bil. 20:2), Apakah TUHAN tidak tahu bahwa air merupakan kebutuhan vital yang harus dipenuhi tepat pada waktunya, lalu bagaimana dengan anak-anak yang mengalami dehidrasi?

'Pasti' sebagian besar dari kita akan menjawab, Agar mereka belajar bersandar penuh kepada Dia.  Jawaban yang tepat, namun terlalu cepat! he..he.. 

Sekali lagi, lewat kisah ini, kita melihat umat Tuhan yang bertingkah laku bukan sebagai umat beriman. Wajar sekali bila orang mengalami kehausan karena kekurangan air saat berada di padang gurun yang gersang. Akan tetapi, bukankah mereka sudah beberapa kali melihat bagaimana Tuhan menghantar mereka melewati padang kesulitan? Bukankah mereka sudah mengalami sendiri bagaimana Tuhan memelihara mereka dengan cara-Nya yang ajaib? Sayang sekali mereka bebal. Perhatian mereka hanya tertuju pada penderitaan yang akan mereka hadapi di padang gurun. Mereka tidak mau bila kondisi di gurun jauh lebih buruk daripada kondisi mereka ketika masih di Mesir. Di Mesir mereka dapat menikmati makanan secara berkelimpahan. Celakanya mereka lupa bahwa di Mesir mereka tidak merdeka karena secara fisik maupun mental, mereka adalah budak dari Firaun. Di balik keluh kesah tentang kedahagaan jasmani, sebenarnya mereka mengalami kedahagaan yang jauh lebih mengerikan yaitu, kerohanian yang dahaga. Kekeringan rohani membuat mereka tidak mampu melihat dan merasakan kehadiran Tuhan yang seharusnya menyegarkan hidup.

Dunia sekarang ini adalah dunia dengan gejala kekeringan dan kedahagaan rohani luar biasa. Buktinya adalah kebangkitan agama dan aliran kepercayaan, maraknya tempat-tempat hiburan, pengejaran terhadap status, kekayaan, dan kemewahan. Yang celaka tentu kalau orang Kristen sendiri terjebak ke dalam situasi ini. Sebagai anak-anak Tuhan, mari segarkan rohani kita dengan mendekatkan diri kepada Dia lewat persekutuan yang intim dalam firman dan doa. Jika berbagai tanda kekeringan rohani Anda rasakan kini, akuilah kepada Tuhan. Jadikan ini sebagai kesempatan untuk merasakan Tuhan memuaskan dahaga Anda.

JB for people.....

27 Juni 2009

KENANGAN MASA KECIL DI BUKIT SEPI BEBALAIN


mai fali e' mai fali e'

mama helu ita fali e.....

ledoh ana tena so, bulak a moli so

mama helu ita fali e...

mai fali e, mai fali e...

mama helu ita fali...

senandung lagu ini, membawa anganku.............................................................mengenang sebuah nama BEBALAIN.

'Tengkorak' entah, ada hubungannya atau tidak dengan nama Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Jemaat CALVARI BEBALAIN, yang jelas orang-orang tua doeloe sering menyebut Bebalain dengan bukit tengkorak..........mirip yach dengan kisah dalam Alkitab? saya kadang membandingkannya, tapi ya pasti beda, jadi ....lupakan sajalah!

Yang jelas, Bebalain itu nama sebuah desa sekaligus dusun yang berada di ketinggian pulau terselatan Indonesia Pulau Rote, so pasti Bebalain menjadi pintu gerbang terselatan Indonesia, karena berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Bebalain memang indah, kalau berdiri di puncak HITUK hampir semua daratan di Pulau Rote terlihat, mungkin karena itu juga di namai Bebalain (bebak paling atas) he..he... saya juga tidak tahu.

Di sanalah saya dilahirkan, dusun kecil di tempat terpencil.....................................................menghabiskan masa kecil dengan bermain di pematang sawah, semua serba alami, tak ada sepeda,  motor apalagi mobil, yang ada hanya ringikan kuda,  mau tahu yang lebih banyak?????????? Nantikan cerita selanjutnya! Johan selalu punya Cerita.

UTUSAN INJIL

Tidak semua orang dipanggil menjadi penginjil. Juga tidak semua orang Kristen memiliki karunia menginjili. Fakta ini seringkali menjadi alasan orang untuk tidak bersaksi bagi injil Kristus. Kita yang tidak merasa menerima panggilan untuk penginjilan mengatakan bahwa kita tidak sama seperti Paulus. Bagaimana sebenarnya kita harus memandang diri kita dan kaitannya dengan Injil dan penginjilan?

Paulus adalah rasul yang ketika dipilih Tuhan, ditugasi memberitakan Injil kepada orang Ya-hudi dan bukan Yahudi (Kis. 9:15). Paulus mengalami perjumpaan dengan Dia yang tadinya dia musuhi dengan jalan mengejar dan menyiksa para pengikut-Nya. Perjumpaan itu menyebabkan perubahan radikal. Paulus jadi kenal siapa sebenarnya Yesus. Paulus sadar bahwa selama ini ia hanya seorang religius fanatik yang tidak sungguh berada dalam relasi kenal-mengenal dengan Allah. Maka Paulus bukan hanya menerima tugas menjadi penginjil atau rasul kepada bangsa-bangsa dan kaum berpengaruh. Paulus berjumpa Kristus, maka penginjilan yang ia lakukan adalah kesaksian pengalaman mengenal Kristus dan mengalami Injil yang menyelamatkan.

Dalam beberapa topik sebelum ini di surat Korintus, Paulus menegaskan bahwa di dalam gereja ada beragam karunia pelayanan dan karena itu juga beragam jabatan pelayanan. Maka wajar kita menerima bahwa tidak semua orang diberikan karunia menginjil dan tidak semua orang dalam gereja adalah penginjil. Ada orang tertentu yang Tuhan karuniakan dan tugasi khusus menjadi penginjil! Namun menjadi penyaksi atau utusan Injil Kristus semestinya merupakan kerinduan semua orang Kristen. Seperti orang yang sedang dalam hubungan cinta yang intens akan memancarkan aroma atau aura cinta melalui gaya bahasa, rona wajah, topik pembicaraan, atau arah pandangannya, demikian pun orang Kristen yang hatinya sudah mengalami Injil kasih Kristus itu.

Menyaksikan Injil Kristus bukan soal tugas atau penunjukan institusional. Menyaksikan Injil Kristus adalah soal memancarkan kasih dan kuasa Injil yang menyelamatkan yang tumbuh dalam hati dan terpancar dalam kehidupan keseharian kita. (ktp-ppa).

KECEWA ITU INDAH

(Refleksi Yehezkiel 37:11 b

KECEWA, sebuah kata yang sarat makna, familiar, sekaligus 'momok' yang menakutkan dalam kehidupan kita. Pasalnya, kita tidak ingin kecewa, dikecewakan, dan mengecewakan orang lain. Maka tidak heran, sebagian dari kita akan berusaha 'semaksimal' mungkin untuk tidak 'berurusan' dengan yang namanya 'kecewa'. Sekalipun demikian, faktanya hampir setiap manusia pernah merasakan apa itu kecewa, dikecewakan dan mengecewakan orang lain. 

Umat TUHAN pernah mengeluh, "...tulang-tulang kami, sudah kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang..."(Yeh.37:11b). Jika penggalan kalimat ini tidak diucapkan oleh umat TUHAN, maka kita akan berpikir bahwa Keluhan yang bernada, sinis, skeptis dan apatis ini, mengindikasikan suatu kondisi yang sangat memprihatinkan dari sekelompok orang yang memiliki Masa depan mereka suram (MADESUR).


Sebenarnya, mereka mengeluh karena akumulasi kekecewaan terhadap realita yang mereka hadapi. Mereka mengharapkan secepatnya kembali ketempat asal (baca: dipulihkan). Namun, realitanya mereka masih 'berkutat' ditempat pembuangan. Kondisi seperti inilah yang pada akhirnya membuat mereka kecewa dan putus asa.

Memang, mereka sepertinya berjalan dari sebuah rasa kecewa ke rasa kecewa lainnya. peristiwa yang mereka alami, didahului oleh keadaan buruk akibat perang saudara, korupsi yang merajalela dan telah bergesernya fungsi agama (ibadah) menjadi formalitas dan fanatisme belaka. Akibatnya, Negara (baca: Kerajaan) mereka menjadi rapuh dan klimaksnya pada tahun (+ 579 sM) jatuh ke tangan negara tetangga. sebagai bagian dari kejatuhan tersebut, sekitar delapan ribu Akademisi, budayawan, dan theknisi di 'boyong' ke negara tetangga. Peristiwa ini lebih dikenal sebagai pembuangan ke Babel. 


Di antara mereka yang dibuang, terdapat seorang sastrawan keturunan bangsawan berpendidikan Imam, bernama Yehezkiel. Ia, cakap menulis prosa dan puisi dengan berbagai gaya sastra yang abstrak namun sangat deskritif dan terperinci. karyanya yang unik itu, kita kenal sebagai kitab Yehezkiel.


Dalam situasi dan kondisi bangsa yang terpuruk seperti itulah, Yehezkiel dipanggil dan diberikan tugas oleh TUHAN untuk memimpin (menjaga) umat-Nya. Yeheskiel tentunya memahami rasa kecewa, putus asa, dan frustrasi yang dialami oleh umat TUHAN (dan bukan tidak mungkin, Yeheskiel juga mengalami hal yang sama).

namun menariknya, Yehezkiel memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kondisi yang sementara mereka hadapi. 


Ia tidak ingin umat TUHAN gegabah dan mengambil keputusan yang salah. Sehingga ia dengan tegas, mengecam orang-orang yang hanya mengomel, menuding dan mempersalahkan generasi lama sebagai biang kerok (penyebab) dari kenyataan yang mereka alami. Ia menyatakan, "....anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya, dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya" ( Yeh.18:20). itu berarti, apa yang mereka alami (dibuang) sebenarnya merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri bukan karena generasi lama (orang tua/ leluhur mereka).


Selanjutnya, Yehezkiel menulis dengan gaya imajiner tentang sebuah lembah yang penuh dengan tulang kering. Ia melihat Allah datang ke lembah itu, dan merekatkan urat, daging, kulit serta menghembuskan nafas pada tulang-tulang itu. Maka bangkitlah tulang-tulang itu, 'mereka menjejakkan kaki, suatu tentara yang sangat besar'...(Yeh.37:10). Apa artinya? Harapan itu masih ada.


Disinilah letak keunikan Yehezkiel, Ia mampu melihat sebuah permasalahan dari dua perspektif yang berbeda. disatu sisi, ia menegur umat TUHAN dengan keras, mereka harus menyadari bahwa apa yang mereka alami merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri, sehingga tidak perlu mencari 'kambing hitam'.

Namun, disisi yang lain, ia mengajak umat TUHAN dengan lembut untuk menerima pengharapan yang ditawarkan Allah. Ia terus menerus memotivasi umat TUHAN untuk tetap percaya dan menanti pemulihan TUHAN, "...kamu akan mengetahui bahwa Aku TUHAN, dan..... mereka akan mengetahui Aku TUHAN..." menjadi 'garansi'.


Yehezkiel melihat bahwa, kekecewaan yang mereka alami, sebenarnya adalah kesempatan terbaik bagi mereka. Karena, nanti mereka akan mengenal dengan benar siapakah TUHAN itu? sesuatu yang luar biasa, bukankah pengenalan akan TUHAN merupakan anugerah terindah? lihatlah kerinduan Rasul Paulus menjelang detik-detik terakhir kehidupannya di dunia. 


Yehezkiel tidak ingin umat TUHAN hanya meratapi diri dan terjebak dalam keterpurukan, putus asa yang membuat meraka tetap dalam keadaan 'mati'. Sebaliknya, ia mengharapkan umat TUHAN mengambil langkah konstruktif, yakni: mensyukuri 'anugerah' tersebut, menginstropeksi diri, dan menjadikan rasa kecewa sebagai "pelecut" untuk tetap menantikan pemulihan dari TUHAN, karena 'kecewa' merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses panjang pengenalan akan DIA.


Realita hidup, seringkali tidak seperti yang kita harapkan. dambaan dan impian seringkali jauh dari kenyataan, hal inilah yang menyebabkan kita kecewa. Salahkah? 

Sebenarnya ketika kita kecewa, kita sedang menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang masih memiliki dambaan dan harapan. Kita kecewa karena keadaan yang kita hadapi buruk, padahal kita mendambakan keadaan yang lebih baik.

jadi, perasaan kecewa bisa merupakan tanda bahwa kita sedang berjalan dari sebuah dambaan ke dambaan berikutnya. itu berarti, kita sedang bergerak maju dan menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik. Memang, perspekrif tidak sama. Yang jelas, Orang yang berani kecewa adalah mereka yang ingin 'memiliki' sesuatu. Jikalau demikian, mengapa kita takut kecewa, bukankah kecewa itu Indah? (Refleksi Yehezkiel 37:11 b)

18 Mei 2009

POSITIVE MINDSET

Tahu Gak????????????????????
Thomas Alfa Edison pernah gagal--ratusan, bahkan ribuan kali gagal. Tetapi dia bukanlah orang yang mudah menyerah. Tiap kali gagal, dia bangkit dan mencoba lagi.

Ketika sekolah, dia gagal. Terlalu banyak berimajinasi dan duduk di belakang kelas, dia tak menggubris para guru yang mengajar.

Ketika mulai menjadi penemu, dia gagal. Ribuan bahan filamen harus dia coba-- ribuan kegagalan.

Ketika dia ditanya, mengapa begitu keras kepala, jawabannya: "Sukses saya baru datang ketika kegagalan telah habis.

dan uniknya, saat ia berhasil menemukan lampu yg menyala, namanya masuk dalamHEADLINE koran, yg bunyinya :

"Setelah 9.955 kali GAGAL menemukan lampu, akhirnya edison berhasil menemukan lampu yg menyala"

lucu nya, Edison MARAH dengan bunyi Headline tersebut, ia mendatangi redaksi Koran tsb dan minta bunyi Headline nya diganti..

Akhirnya, besoknya koran itu mengganti headline nya menjadi :
"Setelah 9.955 kali BERHASIL menemukan lampu yg 'Gagal Menyala' , akhirnya Edison berhasil menemukan lampu yang menyala"

Hahaha.. ini namanya POSITIVE MIND SET.. so, Anda yang pernah gagal,
Tersenyumlah............

Filipi 4:8 "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. "

JANJI TUHAN

TUHAN tidak pernah berjanji,
langit akan selalu biru....
Lautan tanpa gelombang,
bunga bertaburan diseluruh jalan kehidupan saya.

ada matahari dan tidak ada hujan.......
ada kesukaan dan tidak ada kekecewaan,
ada kedamaian dan tidak kesakitan,
Hidup tanpa masalah dan kesulitan.....

Tetapi DIA menjanjikan,
kekuatan setiap hari, dan
penyertaan setiap saat.
Janji itulah yang memampukan aku
menjalani hidup ini dengan enjoy!

17 Mei 2009

DIAM BUKAN KALAH

Setelah membaca Markus 15:1-15, Kadang saya berpikir, Mengapa Yesus memilih berdiam diri di hadapan Pilatus, padahal Ia memiliki kuasa dan otoritas untuk menjawab pertanyaan Pilatus? Hanya satu kali Yesus menjawab pertanyaan Pilatus mengenai apakah Ia raja orang Yahudi. Selebihnya Ia bungkam.

Pertanyaan Pilatus didasarkan atas keingintahuannya akan Yesus karena orang-orang Yahudi menuduh Yesus telah mengklaim diri sebagai raja dalam artian politik. Yesus menjawab ya atas pertanyaan Pilatus, tetapi dalam artian rohani. Namun Pilatus tidak memahaminya. Maka kemudian Yesus membungkam dan membuat Pilatus heran (5). Kata heran ini adalah kata yang sama yang digunakan pada orang banyak yang menyaksikan Yesus saat membuat tanda-tanda (5:20; 6:6; lih. juga Mrk. 15:44). Kata heran ini secara teknis menunjuk pada kekaguman dan pengakuan akan keilahian dan kemesiasan Yesus.

Sikap Yesus yang diam menyingkapkan tiga hal. (Pertama), menyatakan kemesiasan-Nya yang sebenarnya, sesuai nubuat kitab suci (band. Yes. 53:7) dan bukan dalam artian politik. Maka Ia menolak menggunakan kuasa-Nya itu untuk menghadapi lawan-lawan-Nya. (Kedua), Yesus menerima keputusan untuk tetap dihukum. Tindakan ini menggantikan Barabas yang bersalah, sekaligus sebagai simbol kemesiasan-Nya yang akan mati menggantikan orang berdosa. (Ketiga), Yesus tetap membiarkan diri-Nya disesah dan diserahkan untuk disalibkan sebagai bagian dari kemesiasan-Nya yang harus menjalani penderitaan dan hukuman mati.

Sebagai pengikut Yesus, bagaimana sikap kita dalam mempertahankan kebenaran itu, walaupun harus menemui berbagai tantangan bahkan menjalani penderitaan? Tetap setiakah menjalankan tugas yang Allah percayakan? Ataukah malah berkompromi dengan dunia sehingga tidak setia lagi pada kebenaran Allah?

Akhirnya, Saya hanya perlu Belajar dari Yesus yang tetap setia menjalankan tugas-Nya tanpa kompromi sedikit pun dengan tawaran dunia. Terkadang, saya harus DIAM, tapi itu bukan KALAH.
Bagaimana dengan Anda?

:) JB for people